PUNK
Punk?yah..apa itu punk? Menurut pengertian wikipedia Punk merupakan subkultur yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Sejarahnya ini dikutip dari beberapa artikel teman teman yang sebelumnya sudah diposting,yaitu Ketika daratan Eropa telah mencapai puncak penemuan teknologi, sebagian
penghuninya justru merasa gusar dan tersisih dari keberhasilan itu.
Terutama bagi mereka yang hidup di bawah garis kemelaratan. Seperti
buruh pabrik, pekerja swasta amatir, dan karyawan perusahaan kecil. Apa
sebab? Karena di balik semua kesuksesan besar itu, mereka harus dipaksa
menjadi korban. Mereka merasa hak-hak dasarnya tidak dipenuhi oleh
raja-raja era industri. Gaji di bawah standar, sistem kerja kontrak
(Outscharcing), PHK, dan mekanisme kerja yang tak kenal waktu adalah
diantara bukti kepincangan sistem para pemegang kendali abad industri
kala itu.
Fenomena inilah yang akhirnya mendorong para pekerja, terutama yang
muda-muda, untuk berontak. Awalnya bidikan mereka hanya terbatas kepada
sistem tata sosial yang timpang. Lambat laun, semua wilayah kehidupan
menjadi sasaran. Tidak hanya sistem pemerintahan, tapi semuanya: budaya,
sosial, politik dan bahkan agama. Mereka tabrak semua hal yang pada
saat itu dianggap tabu. Cara mereka berontak pun amat beragam. Dari
mulai merombak tata busana, tata fisik, sampai tata pikir.
Tata busana bisa ditandai dengan kegemaran mereka untuk selalu
menggunakan jeans ketat penuh sobekan, jas belel sarat tambalan dan
sepatu boat mirip aparat. Fisik juga tak kalah garang. Rambut dipangkas
ala mohawk dan skinhead (plontos), tindik dan tato menghiasi hampir
sekujur organ tubuh. Tata pikir? Mereka umumnya menyukai sesuatu yang
tak wajar. Bahkan bisa dikategorikan ekstrim dan anarkis. Sebab itu,
kesukaan ini pun merambat ke organisme pikiran dan perilaku mereka.
Maka tak heran, setiap kali ditemukan sesuatu yang menurut mereka
“negatif”, spontan mereka kritik dan lawan. Seringnya perlawanan itu
diekspresikan lewat musik, saking terbatasnya media sosialisasi yang
dipunyai. Terbukti, band-band semacam Sex Pistols, The Stooges,Dead
Kennedys Rancid, Nazi Punk, The Exploited, pernah bertengger lama di
jajaran musik dunia, meski tak sampai kaliber The Beatles atau Queen
yang legendaris itu.
Ada musik maka ada juga atribut. Atribut membutuhkan slogan. Begitu juga
slogan, selalu butuh akan tulisan. Maka jadilah mereka membuat
tulisan-tulisan propagandanya di sembarang tempat (yang jelas tidak di
papan reklame, sebab mereka sangat benci kapitalisme. Sponsor, iklan,
perusahaan besar, menurut mereka adalah bagian dari sayap-sayap para
kapitalis). Mulai dari sampul kaset, dinding-dinding swalayan, sekolah,
tiang listrik, terminal dan stasiun. Pokoknya segala tempat yang biasa
disinggahi masyarakat banyak. Tujuan mereka jelas, yakni agar suara
pemberontakannya didengar dan direnungkan.
Lebih dari itu, mereka juga ingin eksistensinya diakui, tidak
terpojokkan. Dan, ternyata mereka berhasil. Kini hampir mayoritas
masyarakat Eropa menerima mereka (beserta dengan semua kenyelenehan yang
dibawanya) sebagai bagian dari warga semesta yang juga perlu
diperhatikan nasibnya. Diberi ruang gerak yang luas, bila perlu
difasilitasi, seperti yang belum lama ini dilakukan pemerintah Inggris.
Mereka para pemberontak inilah yang dikemudian hari masyhur dengan
sebutan kaum Punk/ers (secara harfiah bermakna: pemuda yang bodoh, tidak
berpengalaman dan tidak berguna).
Sungguh, ini Indonesia bung ... disini Punks bisa bertahan hidup bukan
karena musik atau liriknya, bukan karena dandanannya yang compang
camping, bukan karena nilai-nilai pola pikirnya yang kritis, bukan
karena banyaknya koleksi merchandise atau kaset/cd, bukan karena
kebersamaannya, bukan karena keberaniannya melawan arus, tapi dari
bagaimana kalian (kaum Punks) menjelaskannya kepada masyarakat
tentang apa yang kalian lakukan untuk bertahan hidup tanpa harus
tergantung oleh sistematis yang menyengsarakan. Karena sesungguhnya apa
yang ada dipemikiran Punks itu sendiri sudah ada dikalangan akar rumput
masyarakat Nusantara ini sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu, cuma
terkubur oleh berjalannya waktu. Kehadiran punk bisa menjadi bentuk
reinkarnasi dari apa yang namanya gotong royong, kerja bhakti, berdikari
(berdiri dikaki sendiri) ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar