Kamis, 05 Juni 2014

PUNK

       Punk?yah..apa itu punk? Menurut pengertian wikipedia Punk merupakan subkultur yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

 

         Sejarahnya ini dikutip dari beberapa artikel teman teman yang sebelumnya sudah diposting,yaitu Ketika daratan Eropa telah mencapai puncak penemuan teknologi, sebagian penghuninya justru merasa gusar dan tersisih dari keberhasilan itu. Terutama bagi mereka yang hidup di bawah garis kemelaratan. Seperti buruh pabrik, pekerja swasta amatir, dan karyawan perusahaan kecil. Apa sebab? Karena di balik semua kesuksesan besar itu, mereka harus dipaksa menjadi korban. Mereka merasa hak-hak dasarnya tidak dipenuhi oleh raja-raja era industri. Gaji di bawah standar, sistem kerja kontrak (Outscharcing), PHK, dan mekanisme kerja yang tak kenal waktu adalah diantara bukti kepincangan sistem para pemegang kendali abad industri kala itu.
           Fenomena inilah yang akhirnya mendorong para pekerja, terutama yang muda-muda, untuk berontak. Awalnya bidikan mereka hanya terbatas kepada sistem tata sosial yang timpang. Lambat laun, semua wilayah kehidupan menjadi sasaran. Tidak hanya sistem pemerintahan, tapi semuanya: budaya, sosial, politik dan bahkan agama. Mereka tabrak semua hal yang pada saat itu dianggap tabu. Cara mereka berontak pun amat beragam. Dari mulai merombak tata busana, tata fisik, sampai tata pikir.
        Tata busana bisa ditandai dengan kegemaran mereka untuk selalu menggunakan jeans ketat penuh sobekan, jas belel sarat tambalan dan sepatu boat mirip aparat. Fisik juga tak kalah garang. Rambut dipangkas ala mohawk dan skinhead (plontos), tindik dan tato menghiasi hampir sekujur organ tubuh. Tata pikir? Mereka umumnya menyukai sesuatu yang tak wajar. Bahkan bisa dikategorikan ekstrim dan anarkis. Sebab itu, kesukaan ini pun merambat ke organisme pikiran dan perilaku mereka.
          Maka tak heran, setiap kali ditemukan sesuatu yang menurut mereka “negatif”, spontan mereka kritik dan lawan. Seringnya perlawanan itu diekspresikan lewat musik, saking terbatasnya media sosialisasi yang dipunyai. Terbukti, band-band semacam Sex Pistols, The Stooges,Dead Kennedys Rancid, Nazi Punk, The Exploited, pernah bertengger lama di jajaran musik dunia, meski tak sampai kaliber The Beatles atau Queen yang legendaris itu.
           Ada musik maka ada juga atribut. Atribut membutuhkan slogan. Begitu juga slogan, selalu butuh akan tulisan. Maka jadilah mereka membuat tulisan-tulisan propagandanya di sembarang tempat (yang jelas tidak di papan reklame, sebab mereka sangat benci kapitalisme. Sponsor, iklan, perusahaan besar, menurut mereka adalah bagian dari sayap-sayap para kapitalis). Mulai dari sampul kaset, dinding-dinding swalayan, sekolah, tiang listrik, terminal dan stasiun. Pokoknya segala tempat yang biasa disinggahi masyarakat banyak. Tujuan mereka jelas, yakni agar suara pemberontakannya didengar dan direnungkan. 
        Lebih dari itu, mereka juga ingin eksistensinya diakui, tidak terpojokkan. Dan, ternyata mereka berhasil. Kini hampir mayoritas masyarakat Eropa menerima mereka (beserta dengan semua kenyelenehan yang dibawanya) sebagai bagian dari warga semesta yang juga perlu diperhatikan nasibnya. Diberi ruang gerak yang luas, bila perlu difasilitasi, seperti yang belum lama ini dilakukan pemerintah Inggris. Mereka para pemberontak inilah yang dikemudian hari masyhur dengan sebutan kaum Punk/ers (secara harfiah bermakna: pemuda yang bodoh, tidak berpengalaman dan tidak berguna). 
         Sungguh, ini Indonesia bung ... disini Punks bisa bertahan hidup bukan karena musik atau liriknya, bukan karena dandanannya yang compang camping, bukan karena nilai-nilai pola pikirnya yang kritis, bukan karena banyaknya koleksi merchandise atau kaset/cd, bukan karena kebersamaannya, bukan karena keberaniannya melawan arus, tapi dari bagaimana kalian (kaum Punks) menjelaskannya kepada masyarakat tentang apa yang kalian lakukan untuk bertahan hidup tanpa harus tergantung oleh sistematis yang menyengsarakan. Karena sesungguhnya apa yang ada dipemikiran Punks itu sendiri sudah ada dikalangan akar rumput masyarakat Nusantara ini sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu, cuma terkubur oleh berjalannya waktu. Kehadiran punk bisa menjadi bentuk reinkarnasi dari apa yang namanya gotong royong, kerja bhakti, berdikari (berdiri dikaki sendiri) ... 

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar